SIJUNJUNG – Tim ekspedisi gabungan BRIN, Oxford, dan aktivis lingkungan Indonesia berhasil menemukan bunga langka Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di Sijunjung, Sumatera Barat, pada Rabu (19/11/2024) malam. Yang menarik, bunga langka ini tumbuh di jalur harimau, ditambah saat itu sedang musim durian.
Septi Andriki yang terlibat dalam pencarian bunga langka ini mengatakan kepada wartawan bahwa kucing besar sangat menyukai durian.
“Mungkin kalau hari itu kita ketemu, kemungkinannya ada di 60 persen, ketemu harimau,” ujar pria yang juga terlibat dalam pemasangan camera trap internasional saat dihubungi, Kamis (20/11/2024).
**Efek Perlindungan Tidak Langsung**
Profesor Agus Susatya, peneliti Rafflesia sekaligus Guru Besar Universitas Bengkulu, mengungkapkan bahwa kehadiran predator besar seperti harimau secara tidak langsung berperan dalam menjaga keaslian habitat dan ekosistem hutan.
Agus mengatakan, meski belum ada kajian ilmiah langsung mengenai peran harimau dalam melindungi ekosistem Rafflesia atau bunga langka lain, dia menduga adanya efek perlindungan tidak langsung yang sangat efektif.
“Paling tidak, secara tidak langsung harimau atau predator membuat orang takut untuk masuk hutan dan melihat Rafflesia ini,” ujar Prof. Agus saat dihubungi, Kamis (20/11/2024).
Ketakutan terhadap predator membuat interaksi manusia ke lokasi habitat menjadi sangat minim. Minimnya interaksi dan kunjungan manusia ini menjadi salah satu aspek penting dalam perlindungan Rafflesia hasseltii dan bunga langka lain.
**Kondisi Geografis Mendukung Konservasi**
Selain kehadiran predator, kondisi fisik lokasi penemuan Rafflesia hasseltii juga secara alami membuatnya relatif terjaga.
“Tapi karena daerahnya cukup jauh, naik turun bukit, mungkin ini juga relatif terjaga (habitat),” kata Agus.
Jalur yang sulit dijangkau dan terpencil secara otomatis mencegah akses berlebihan dari manusia, yang sangat vital bagi kelangsungan hidup bunga yang sensitif.
**Peran Ekosistem Bukit Barisan**
Hal serupa disampaikan Joko Witono dari BRIN. Keberadaan satwa liar seperti harimau di kawasan tersebut memiliki peran penting—meskipun tidak langsung—dalam menjaga ekosistem bunga puspa langka.
Joko menceritakan, saat melakukan ekspedisi pencarian Rafflesia hasseltii di Sijunjung, lokasi penemuan bunga tersebut berada di kawasan berbukit yang terjal, yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan.
**Konservasi Terpadu dan Upaya Mencegah Konflik**
Joko menekankan pentingnya konservasi yang terintegrasi dan penetapan kawasan yang dilindungi.
Joko menjelaskan bahwa lokasi Rafflesia seringkali berada di kawasan berbukit-bukit yang menjadi bagian dari rangkaian Bukit Barisan, yang membentang dari Aceh sampai Lampung. Kawasan ini juga merupakan habitat alami harimau.
Dia menyarankan solusi konservasi yang harus melibatkan pemerintah untuk menghindari konflik yang sering terjadi.
“Kalau menurut saya, bicara konservasi kan mesti terintegrasi ya. Memang kalau seandainya itu tadi, kalau sebuah kawasan itu menjadi habitat dari satwa liar atau jenis tumbuhan yang dilindungi, itu sebaiknya sih, menurut saya, ditetapkan saja menjadi protected areas,” ujar Joko.
**Mencegah Konflik Manusia-Satwa**
Joko menjelaskan alasan utama perlunya penetapan kawasan yang dilindungi adalah untuk menghindari konflik antara satwa liar dengan masyarakat. Salah satu contoh kasus adalah harimau yang memasuki kampung.
“Kan harimau banyak ke kampung karena apa? Itu lahan-lahan kan rata-rata sudah dimiliki oleh masyarakat,” katanya.
Keberadaan harimau memang tidak secara langsung melindungi Rafflesia, tetapi secara tidak langsung membuat hutan di sekitarnya terjaga. Penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan lindung sangat penting karena satwa liar hanya membutuhkan makanan.
“Sementara, namanya harimau kan hewan ya, hewan yang dibutuhkan cuman makan, kan?” tambah Joko Witono.
**Peran Pemerintah dalam Konservasi**
Peran pemerintah menjadi krusial dalam memberikan perhatian lebih pada satwa liar dan jenis-jenis tumbuhan yang dilindungi, karena Rafflesia merupakan puspa langka nasional.
**Simbiosis Konservasi**
Temuan ini menunjukkan bagaimana konservasi dapat bekerja melalui hubungan tidak langsung dalam ekosistem. Kehadiran harimau sebagai predator puncak tidak hanya menjaga keseimbangan rantai makanan, tetapi juga secara tidak sengaja melindungi spesies tumbuhan langka seperti Rafflesia.
**Tantangan Konservasi Modern**
Fenomena ini juga menggambarkan tantangan konservasi modern dimana habitat satwa liar terus menyusut akibat aktivitas manusia. Konflik satwa-manusia tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga mengancam kelangsungan ekosistem yang lebih luas.
**Strategi Perlindungan Holistik**
Para ahli menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam konservasi yang tidak hanya fokus pada satu spesies, tetapi mempertimbangkan seluruh ekosistem. Perlindungan habitat harimau secara otomatis akan melindungi berbagai spesies lain yang hidup di ekosistem yang sama.
**Masa Depan Konservasi Terintegrasi**
Penemuan Rafflesia hasseltii di habitat harimau ini diharapkan dapat mendorong kebijakan konservasi yang lebih terintegrasi, dimana perlindungan satu spesies dapat memberikan manfaat bagi seluruh ekosistem hutan tropis Indonesia.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: