Saat Wahana Mars “Memburu” Komet Antarbintang 3I/ATLAS

JAKARTA – Pada 1 Juli 2024, para astronom terkejut dengan penemuan komet baru berlabel 3I/ATLAS. Objek ini terbukti menjadi benda antarbintang ketiga yang pernah diketahui melintasi Tata Surya kita.

Karena pengunjung dari luar tata surya ini biasanya tidak bertahan lama, tim peneliti di seluruh dunia bergegas memprediksi arah pergerakannya. Para ilmuwan perlu mengetahui dengan tepat lokasi dan waktu komet berada untuk memahami komposisi dan perilakunya.

Komet 3I/ATLAS bergerak dengan kecepatan sangat tinggi—mencapai 250.000 km/jam—sehingga akan segera menghilang kembali ke ruang antarbintang dan tidak akan pernah kembali.

**Triangulasi dari Orbit Mars Mengubah Segalanya**

Selama beberapa waktu, semua pelacakan komet 3I/ATLAS hanya mengandalkan observatorium di Bumi. Namun, antara 1 Oktober hingga 7 Oktober 2024, sebuah wahana antariksa yang mengorbit Mars ikut bergabung dalam upaya ini dan mengubah situasi secara signifikan.

European Space Agency (ESA) menggunakan wahana ExoMars Trace Gas Orbiter—yang biasanya mempelajari atmosfer Mars—untuk mengamati komet saat melintas. Komet ini melewati area relatif dekat dengan Mars, mendekati hingga sekitar 29 juta kilometer selama fase terdekatnya pada 3 Oktober.

Wahana Mars tersebut berada sekitar 20 kali lebih dekat ke 3I/ATLAS dibandingkan teleskop di Bumi, dan yang lebih penting, mengamati komet dari sudut pandang yang berbeda. Triangulasi data dari Mars dengan data dari Bumi membantu membuat jalur prediksi komet menjadi jauh lebih akurat.

“Sementara para ilmuwan awalnya mengantisipasi peningkatan sederhana, hasilnya adalah lompatan akurasi yang mengesankan sepuluh kali lipat, yang secara signifikan mengurangi ketidakpastian lokasi objek,” jelas para peneliti.

**Latihan Berharga untuk Pertahanan Planetary**

Menggunakan data pengorbit Mars untuk menyempurnakan jalur komet antarbintang bukanlah pekerjaan rutin. Kamera CaSSIS pada wahana ExoMars dirancang untuk mengarah ke permukaan Mars, namun kali ini harus diarahkan ke langit untuk menangkap komet 3I/ATLAS yang kecil dan jauh di tengah latar belakang bintang.

Data yang dihasilkan pada komet 3I/ATLAS menandai pertama kalinya pengukuran astrometri—yang dibuat dari wahana antariksa yang mengorbit planet lain—secara resmi diajukan dan diterima ke dalam basis data Minor Planet Center (MPC).

Meskipun 3I/ATLAS tidak menimbulkan ancaman, para ahli menyebutnya sebagai latihan yang berharga untuk pertahanan planet. ESA secara rutin memantau asteroid dan komet dekat Bumi. Latihan dengan 3I/ATLAS ini menunjukkan sangat berguna untuk mentriangulasi data dari Bumi dengan observasi dari lokasi kedua di ruang angkasa.

**Mengasah Kemampuan Deteksi**

Wahana antariksa juga kebetulan bisa berada lebih dekat ke objek, menambah nilai yang lebih besar. Latihan menggunakan data wahana di luar orbit Bumi mengasah keterampilan penting dan menunjukkan nilai memanfaatkan sumber daya yang tidak dirancang untuk deteksi asteroid.

Semakin banyak cara ilmuwan belajar melacak objek yang sulit, semakin siap mereka menghadapi ancaman nyata di masa depan.

**Misi Masa Depan untuk Menutup Titik Buta**

Misi ESA lainnya, Jupiter Icy Moons Explorer (Juice), juga mengamati 3I/ATLAS tepat setelah pendekatan terdekatnya ke Matahari untuk mempelajari perilakunya saat komet menjadi lebih aktif. Data ini diharapkan diterima pada Februari 2026.

ESA juga sedang mempersiapkan misi Neomir untuk menutupi titik buta yang disebabkan oleh Matahari terhadap observasi asteroid. Neomir akan ditempatkan di antara Matahari dan Bumi untuk mendeteksi objek yang datang dari arah Matahari setidaknya tiga minggu sebelum potensi dampak ke Bumi.

**Pentingnya Peringatan Dini**

Peringatan dini semacam itu sangat krusial jika umat manusia perlu mengambil tindakan pencegahan. Kemampuan mendeteksi objek berbahaya dari berbagai sudut pandang di tata surya memberikan keunggulan strategis dalam sistem pertahanan planetary.

**Implikasi Teknologi dan Metode Penelitian**

Keberhasilan pengamatan ini mendemonstrasikan fleksibilitas wahana antariksa yang dirancang untuk misi spesifik namun dapat diadaptasi untuk tugas lain. Hal ini membuka peluang pemanfaatan berbagai aset antariksa yang sudah ada untuk keperluan pemantauan objek berbahaya.

Metode triangulasi yang digunakan dalam pengamatan 3I/ATLAS dapat menjadi standar baru untuk pelacakan objek antarbintang atau asteroid berbahaya di masa depan. Kombinasi pengamatan dari Bumi dan wahana antariksa memberikan tingkat akurasi yang tidak dapat dicapai dengan satu sumber data saja.

Pengalaman ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam sistem pertahanan planetary, di mana berbagai misi dan wahana antariksa dapat dikoordinasikan untuk tujuan bersama melindungi Bumi dari ancaman kosmis.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Nat Geo Atlas Antariksa

We Hunt the Flame (Memburu Api)

Ensiklopedia Saintis Junior: Antariksa