Selama puluhan tahun, para astronom mengenal Uranus dan Neptunus sebagai raksasa es yang mengapung di tepian tata surya. Namun, penelitian terbaru justru mempertanyakan pemahaman tersebut dengan mengungkap kemungkinan inti kedua planet ini justru berupa batuan keras yang masif.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Astronomy & Astrophysics ini menantang konsep lama tentang planet-planet tersebut. Jika temuan ini terbukti akurat, hal ini tidak hanya akan mengubah julukan “raksasa es” yang telah melekat, tetapi juga dapat memecahkan teka-teki medan magnet unik yang dimiliki kedua planet.
**Mengubah Paradigma Klasifikasi Planet**
Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa yang sangat dingin. Neptunus, misalnya, berjarak sekitar 4,5 miliar kilometer dari Matahari. Pada jarak yang sangat jauh tersebut, suhu ekstrem menyebabkan gas seperti hidrogen, helium, dan air membeku menjadi massa es padat yang membentuk inti planet. Kondisi inilah yang menjadi dasar para ilmuwan menyebut Uranus dan Neptunus sebagai raksasa es.
Namun, Luca Morf, peneliti utama dari Universitas Zurich, menganggap klasifikasi tersebut sudah tidak relevan.
“Klasifikasi raksasa es terlalu disederhanakan karena Uranus dan Neptunus masih sangat kurang dipahami,” kata Morf seperti dikutip Live Science.
Morf bersama pembimbingnya, Ravit Helled, mengembangkan model hibrida baru untuk menganalisis komposisi interior planet-planet dingin tersebut. Dari delapan kemungkinan model inti yang dihasilkan, tiga di antaranya menunjukkan rasio batuan yang jauh lebih tinggi ketimbang air. Temuan ini mengindikasikan bahwa Uranus dan Neptunus mungkin sebenarnya adalah “raksasa batu”.
**Teka-teki Medan Magnet Multi-Kutub**
Model baru ini juga memberikan penjelasan potensial tentang medan magnet yang membingungkan para ilmuwan. Tidak seperti Bumi yang memiliki dua kutub magnet (utara dan selatan), Uranus dan Neptunus memiliki banyak kutub magnet.
Para peneliti menduga fenomena ini disebabkan oleh lapisan air murni dalam fase ionik di bagian inti planet. Suhu dan tekanan yang sangat ekstrem memecah molekul air menjadi proton bermuatan positif (H+) dan ion hidroksida (OH-). Aliran listrik dari partikel bermuatan inilah yang diduga menciptakan banyak kutub magnet tersebut.
“Uranus dan Neptunus bisa menjadi raksasa batu atau raksasa es, tergantung pada asumsi modelnya,” kata Ravit Helled. Dia menambahkan bahwa pemahaman saat ini sangat terbatas karena sebagian besar data masih bergantung pada misi Voyager 2 dari tahun 1980-an.
**Keterbatasan dan Harapan Misi Mendatang**
Meskipun model ini menawarkan perspektif baru, para ilmuwan mengakui masih banyak tantangan. Morf mencatat bahwa perilaku material di bawah tekanan dan suhu ekstrem di inti planet masih sulit dipahami oleh para fisikawan.
Tim peneliti berharap model mereka dapat menjadi alat bantu objektif untuk misi antariksa di masa depan. Menurut Helled, data yang tersedia saat ini tidak memadai untuk menentukan identitas sejati kedua planet tersebut.
Komunitas sains kini sangat memerlukan misi khusus ke Uranus dan Neptunus untuk mengungkap apakah mereka benar-benar raksasa es atau justru raksasa batu yang selama ini tersembunyi di balik julukan yang keliru.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait:
Little Book World Classic: The Model Millionaire & Other Stories