Satelit China Nyaris Tabrak Starlink, SpaceX Kritik CAS Space

Sebuah satelit internet Starlink milik SpaceX hampir bertabrakan dengan satelit yang baru diluncurkan perusahaan China, CAS Space. Insiden di orbit Bumi ini memicu protes keras dari SpaceX yang menuding terjadinya masalah koordinasi data lintasan satelit.

SpaceX menyatakan insiden “mendekati jarak 200 meter” tersebut disebabkan oleh kurangnya koordinasi data lintasan yang vital, terutama mengingat orbit planet ini kini semakin sesak dan berisiko tinggi.

**Kronologi Insiden Hampir Tabrakan**

Peristiwa nyaris tabrakan satelit ini melibatkan salah satu dari sembilan muatan yang diluncurkan roket Kinetica 1 milik China pada Selasa (9/12/2025) dari Jiuquan Satellite Launch Center di Gurun Gobi. CAS Space merupakan perusahaan yang mengoperasikan roket tersebut.

Menurut Michael Nicolls, Wakil Presiden Rekayasa Starlink di SpaceX, satelit yang diluncurkan China bergerak sangat dekat dengan satelit Starlink-6079.

“Sejauh yang kami ketahui, tidak ada koordinasi atau dekonflik dengan satelit yang ada yang beroperasi di luar angkasa yang dilakukan, menghasilkan pendekatan jarak dekat 200 meter antara salah satu satelit yang digunakan dan STARLINK-6079 pada ketinggian 560 km,” ujar Nicolls melalui X (12/12/2025), dikutip dari Space.com.

**Ancaman Orbit Bumi yang Semakin Padat**

Nicolls menekankan bahwa koordinasi antaroperator satelit kini menjadi sangat penting, mengingat orbit Bumi semakin sesak. Pada tahun 2020, kurang dari 3.400 satelit fungsional mengitari planet ini. Lima tahun kemudian, jumlah itu melonjak menjadi sekitar 13.000 satelit, dan sebagian besar di antaranya (9.300 unit) dioperasikan oleh SpaceX.

“Sebagian besar risiko beroperasi di luar angkasa datang dari kurangnya koordinasi antara operator satelit—ini perlu diubah,” tambah Nicolls.

**Sistem Penghindaran Otomatis Starlink**

Satelit Starlink menghindari potensi tabrakan secara otonom, bermanuver menjauhi prediksi persilangan yang didapat dari data pelacakan yang tersedia. Satelit Starlink tercatat telah melakukan sekitar 145.000 manuver penghindaran dalam enam bulan pertama tahun 2025.

Namun, Nicolls mencatat bahwa bahkan satelit Starlink dapat “tertipu” oleh pesawat ruang angkasa yang operatornya tidak membagikan data lintasan mereka.

**Tanggapan CAS Space**

CAS Space, perusahaan yang mengoperasikan roket Kinetica 1, merespons postingan Nicolls. Mereka menyatakan telah melakukan uji tuntas dan menggunakan sistem kesadaran ruang angkasa berbasis darat untuk menghindari tabrakan dengan satelit atau puing-puing yang dikenal.

“Jika dikonfirmasi, insiden ini terjadi hampir 48 jam setelah pemisahan muatan, di mana pada saat itu misi peluncuran sudah lama berakhir,” kata CAS Space melalui X.

CAS Space menambahkan bahwa insiden tersebut mendorong perlunya membangun kembali kolaborasi antara ekosistem New Space mereka.

**Ancaman Sindrom Kessler**

Insiden nyaris tabrakan satelit ini menyoroti risiko bencana yang lebih besar. Bahkan satu tabrakan tunggal—antara dua satelit atau melibatkan puing-puing ruang angkasa—dapat memicu awan besar reruntuhan, yang dapat menyebabkan tabrakan berantai lebih lanjut.

Skenario terburuk, yang dikenal sebagai Sindrom Kessler, adalah kaskade puing-puing yang membuat sulit atau bahkan mustahil untuk mengoperasikan satelit di bagian tertentu dari luar angkasa.

**Urgensi Regulasi Antariksa**

Insiden ini menunjukkan perlunya regulasi internasional yang lebih ketat untuk mengatur lalu lintas satelit di orbit Bumi. Dengan semakin banyaknya negara dan perusahaan swasta yang meluncurkan satelit, koordinasi menjadi kunci untuk mencegah bencana di ruang angkasa.

**Dampak Ekonomi yang Mengancam**

Jika terjadi tabrakan besar di orbit, dampaknya tidak hanya terbatas pada hilangnya satelit senilai miliaran dolar, tetapi juga gangguan layanan internet, komunikasi, navigasi GPS, dan berbagai aplikasi yang bergantung pada teknologi satelit.

**Perlunya Standar Global**

Para ahli ruang angkasa menekankan perlunya standar global untuk berbagi data orbit satelit secara real-time. Tanpa koordinasi yang efektif, orbit Bumi dapat menjadi tidak dapat digunakan dalam beberapa dekade mendatang.

**Teknologi Pelacakan yang Lebih Canggih**

Selain koordinasi, diperlukan juga teknologi pelacakan satelit dan puing-puing ruang angkasa yang lebih canggih. Sistem ground-based dan space-based tracking harus terus ditingkatkan untuk memantau ribuan objek yang bergerak dengan kecepatan tinggi di orbit.

**Masa Depan Industri Satelit**

Industri satelit komersial berkembang pesat dengan peluncuran satelit mega-constellation seperti Starlink, OneWeb, dan proyek-proyek serupa dari berbagai negara. Pertumbuhan ini memerlukan framework regulasi yang dapat mengakomodasi inovasi sambil menjaga keamanan orbit Bumi untuk generasi mendatang.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran