Setelah 14 Tahun, Jasad Bocah Korban Gempa dan Tsunami Tohoku Ditemukan 100 Km dari Rumah

Seorang pekerja konstruksi di Jepang berhasil menemukan sisa-sisa jasad seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang hilang dalam bencana gempa dan tsunami Tohoku pada tahun 2011. Penemuan ini membawa kabar menggembirakan bagi keluarga yang telah menanti selama hampir satu setengah dekade.

Natsuse Yamane, bocah perempuan yang menderita autisme, terseret tsunami saat bersama neneknya berusaha menuju tempat pengungsian. Jasadnya ditemukan sekitar 100 kilometer dari lokasi awal hilangnya di kota Yamada, Prefektur Iwate.

**Tragedi Gempa dan Tsunami 2011**

Gempa berkekuatan magnitudo 9,0 yang disertai tsunami dahsyat menghantam pantai timur laut Jepang pada 11 Maret 2011. Saat bencana terjadi, Natsuse sedang berada di rumah bersama neneknya di kota Yamada, Pulau Honshu.

Chiyumi Yamane (49), ibu Natsuse, mengenang putrinya terseret ombak tsunami ketika mereka berusaha mencapai tempat pengungsian. Bencana ini juga memicu kebakaran besar yang menghalangi keluarga lain untuk memberikan bantuan.

Meski sang nenek berhasil selamat, Natsuse tidak pernah ditemukan. Keluarga menghabiskan berbulan-bulan mencari di pusat pengungsian, rumah mayat sementara, dan berbagai lokasi lainnya. Setelah enam bulan pencarian tanpa hasil, mereka menyerah dan melaporkan kematian Natsuse kepada pemerintah setempat.

**Tradisi Memperingati Sang Anak**

Meski telah dinyatakan meninggal, keluarga Yamane tetap memperingati ulang tahun Natsuse setiap bulan Juni. Mereka menempatkan kue ulang tahun di altar rumah sebagai bentuk penghormatan dan kerinduan terhadap sang putri.

Upacara sederhana ini menjadi cara keluarga untuk tetap merasa terhubung dengan Natsuse, meski jasadnya belum ditemukan. Ritual ini berlangsung selama bertahun-tahun hingga akhirnya mereka menerima kabar menggembirakan.

**Penemuan Sisa Jasad**

Pada Oktober 2025, pasangan Chiyumi dan Tomonori Yamane (52) menerima telepon dari pemerintah kota Minami-Sanriku di Prefektur Miyagi. Mereka diberitahu bahwa sisa-sisa jasad putri mereka telah berhasil diidentifikasi.

Penemuan ini bermula dari aktivitas seorang pekerja konstruksi yang menjadi sukarelawan pembersihan garis pantai pada Februari 2023. Sang pekerja menemukan sebagian tulang rahang beserta beberapa gigi di antara puing-puing yang dikumpulkannya.

Polisi Miyagi kemudian melakukan tes DNA untuk mengidentifikasi sisa-sisa tulang tersebut. Hasil tes yang dikonfirmasi pada 9 Oktober 2025 memastikan bahwa tulang tersebut adalah milik Natsuse Yamane.

**Pemulangan yang Mengharukan**

Pada 16 Oktober 2025, tepat 14 tahun setelah Natsuse hilang, sisa jasadnya diserahkan kembali kepada keluarga. Acara penyerahan dihadiri oleh kedua orangtua dan kakak laki-lakinya, Daiya (26).

Chiyumi tidak dapat menahan tangis ketika menerima guci kecil berisi sisa jasad putrinya. Ia mengaku merasa seolah mendengar Natsuse memanggil “mama”, kata yang sering diucapkan putrinya sebagai ungkapan kasih sayang.

“Saat memegang guci itu, rasanya seperti mendengar suaranya lagi. Seolah-olah keempat anggota keluarga kami berkumpul kembali,” kata Chiyumi dengan haru.

**Rasa Syukur dan Penyesalan**

Tomonori mengungkapkan kegembiraan keluarga atas kepulangan putri mereka. Ia berencana menyambut Natsuse di rumah dan membiarkannya “menikmati” kue kesukaannya, melanjutkan tradisi perayaan ulang tahun yang selama ini mereka lakukan.

Nenek Natsuse, yang selamat dari tsunami, juga merasa lega sekaligus menyesal. Ia masih menyimpan penyesalan karena tidak dapat mempertahankan genggaman tangan cucunya saat bencana terjadi. Kabar ditemukannya jasad Natsuse membuat sang nenek menangis haru.

“Terima kasih telah kembali kepada kami. Kamu sudah berusaha sangat keras,” ucap Chiyumi kepada putrinya.

**Resonansi di Masyarakat**

Kisah penemuan jasad Natsuse mendapat perhatian luas di media sosial Jepang. Banyak warganet yang menyebut penemuan ini sebagai keajaiban, mengingat sulitnya menemukan sisa jasad di tengah puing-puing tsunami yang tersebar luas.

“Hampir seperti mukjizat bahwa pekerja konstruksi itu begitu teliti menyortir sampah dari garis pantai dan menemukan tulang serta gigi kecil ini. Seperti keinginan gadis itu untuk pulang benar-benar tersampaikan,” tulis salah satu warganet.

Komentar lain menyatakan, “Dia kembali ke rumah saat usianya sudah dewasa, seolah menunjukkan bakti kepada orangtuanya.”

**Dampak Bencana Tohoku**

Gempa dan tsunami Tohoku 2011 tercatat sebagai salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Jepang modern. Hampir 20.000 orang kehilangan nyawa, ribuan lainnya dinyatakan hilang, dan kerusakan infrastruktur mencapai triliunan yen.

Bencana ini juga memicu krisis nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, yang berdampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat Jepang.

Kasus Natsuse menjadi salah satu dari ribuan kisah tragis keluarga yang kehilangan anggota keluarga dalam bencana tersebut. Namun, penemuan jasadnya setelah 14 tahun memberikan sedikit penutupan bagi keluarga yang selama ini hidup dalam ketidakpastian.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

Berbagi Senyum: Kisah-kisah yang menguatkan dari halaman belakang rumah Andi Sahrandi

Seri Sastra Dunia: Gempa Waktu

Seri Misteri Favorit: Misteri Gua Jepang