Spesies Pterosaurus Penyaring Ditemukan di Brasil, Namanya Bakiribu waridza

BRASIL – Penemuan spesies pterosaurus baru bernama Bakiribu waridza dari Brasil menandai babak signifikan dalam pemahaman evolusi reptil terbang purba. Fosil ini merupakan pterosaurus filter-feeder pertama yang diidentifikasi di kawasan tropis dan memberikan insight baru tentang distribusi serta adaptasi ekologis kelompok Ctenochasmatidae.

Spesies yang hidup sekitar 113 juta tahun silam ini termasuk dalam subfamili Pterodaustrini, bagian dari klade besar pterosaurus pterodaktiloid yang mengalami radiasi adaptif selama Jura Akhir hingga Kapur Awal.

**Morfologi Ekstrem untuk Strategi Makan Unik**

Dr. Aline Ghilardi dari Universidade Federal do Rio Grande do Norte menjelaskan bahwa Ctenochasmatidae adalah kelompok pterosaurus pterodaktiloid yang berkembang pesat pada periode tersebut. “Temuan terkini dari berbagai kontinan telah memberikan perspektif baru mengenai diversitas dan adaptasi ekologis grup ini,” ungkapnya.

Bakiribu waridza menampilkan karakteristik anatomis yang remarkable, terutama pada struktur feeding apparatus. Hewan ini memiliki rostrum yang sangat memanjang dengan deretan gigi padat menyerupai sikat, mirip dengan adaptasi yang ditemukan pada Pterodaustro namun dengan variasi morfologis distinct.

Subklade Ctenochasmatinae dibedakan oleh moncong panjang dan numerous fine teeth, yang merupakan adaptasi untuk strategi filter-feeding yang highly specialized. Sebagai perbandingan, Pterodaustro guinazui memiliki lebih dari seribu gigi mirip baleen whale pada mandible, menjadikannya salah satu pterosaurus paling terspesialisasi dalam aquatic filter-feeding.

**Preservasi Luar Biasa dalam Regurgitalite**

Fosil dua individu Bakiribu waridza ditemukan dalam limestone concretion dari Romualdo Formation di Araripe Basin, Brasil. Uniquely, concretion yang sama mengandung empat fosil ikan, kemungkinan spesies purba Tharrhias.

Struktur sedimentologi concretion menunjukkan kandungan ostracods dan foraminifera non-oriented, typical dari depositional environment Romualdo Formation. Namun, aspek paling menarik adalah taphonomic context fosil-fosil tersebut.

“Co-occurrence tulang pterosaurus yang arranged parallel dengan fish fragments yang aligned strongly supports interpretation bahwa ini merupakan regurgitalite—massa undigested material yang expelled oleh predator,” dijelaskan research team.

Interpretasi ini mengindikasikan bahwa Bakiribu kemungkinan menjadi prey item atau bagian dari predator’s regurgitated pellet, resulting dalam exceptional preservation quality yang jarang ditemukan dalam fossil record.

**Kawasan Araripe sebagai Window Paleobiodiversitas**

Araripe Basin telah longstanding dikenal sebagai salah satu Konservat-Lagerstätten paling produktif untuk Early Cretaceous fossils. Discovery Bakiribu waridza menambah evidence bahwa wilayah ini crucial untuk understanding continental-scale faunal exchange selama periode tersebut.

“Bakiribu adds evidence bahwa Araripe Basin represents critical window into biodiversity, ecological complexity, dan continental faunal interchange during Early Cretaceous,” tulis research team dalam publikasi mereka.

Fosil-fosil dari China, South America, hingga Europe telah memperlihatkan dynamic dan complex evolutionary history Ctenochasmatidae. Namun, understanding tentang terminal species dan bagaimana lineages dispersed between Laurasia dan Gondwana masih terbatas.

**Mosaic Evolutionary Traits**

Bakiribu waridza menunjukkan kombinasi unique anatomical features yang jarang observed dalam single species: extremely elongated jaws, densely packed elongated teeth, subquadrangular tooth crowns, dan acrodont-like tooth implantation pattern.

“Unique combination ini provides novel insights into evolutionary pathways filter-feeding pterosaurs,” emphasized research authors. Mereka menekankan bahwa fosil dalam regurgitalite context, complete dengan associated fish remains, memberikan direct evidence yang rare tentang trophic interactions dalam ancient Araripe ecosystem.

**Biogeographic Implications**

Discovery ini memiliki significant implications untuk understanding pterosaur biogeography selama Early Cretaceous. Presence specialized filter-feeders di tropical Gondwanan settings suggests bahwa ecological niches yang previously thought restricted to certain geographic regions mungkin more widely distributed.

Decline Ctenochasmatidae setelah Barremian period tetap poorly understood, namun specimens seperti Bakiribu memberikan crucial data points untuk reconstructing final phases grup ini sebelum extinction.

**Methodological Innovations dalam Paleontology**

Study Bakiribu juga highlights importance re-examining museum collections dengan modern analytical techniques. Specimen ini initially overlooked atau misidentified, demonstrating nilai ongoing curatorial research dan technological advances dalam fossil preparation.

Integration taphonomic analysis dengan phylogenetic reconstruction provides comprehensive framework untuk understanding ancient ecosystems dan evolutionary processes yang shaped pterosaur diversity selama Mesozoic Era.

Study komprehensif mengenai Bakiribu waridza telah published dalam Scientific Reports pada November 2025, contributing valuable data untuk ongoing research tentang pterosaur evolution dan Early Cretaceous paleobiology.


Sumber: Kompas.com


Buku Terkait:

1000 Fakta tentang Dinosaurus