WASHINGTON – Observasi Teleskop Luar Angkasa James Webb terhadap komet antarbintang 3I/ATLAS mengungkapkan transformasi radikal yang dialami objek luar angkasa ini selama perjalanan miliaran tahun melintasi galaksi. Studi terbaru menunjukkan komet tersebut telah mengembangkan kerak teradiasi yang menyembunyikan komposisi material aslinya.
Komet yang berasal dari luar Tata Surya ini telah menyerap radiasi kosmik galaksi dalam intensitas ekstrem selama perjalanan antarbintangnya, menghasilkan lapisan kerak teradiasi sedalam 15-20 meter yang menutupi materi primer komet.
**Transformasi Karbon Akibat Radiasi Galaksi**
Penelitian menggunakan data JWST dan simulasi komputer memperlihatkan bahwa tingginya konsentrasi karbon dioksida dalam komet 3I/ATLAS merupakan hasil proses radiasi selama perkiraan usia 7 miliar tahun. Radiasi kosmik galakti yang terdiri dari partikel berenergi tinggi dari luar Tata Surya mengonversi karbon monoksida menjadi karbon dioksida.
Romain Maggiolo, pemimpin studi dari Royal Belgian Institute for Space Aeronomy, menjelaskan dampak jangka panjang proses ini: “Prosesnya sangat lambat, tetapi selama miliaran tahun menghasilkan efek yang sangat signifikan.”
**Perbedaan Lingkungan Radiasi**
Di dalam Tata Surya, heliosfer yang merupakan gelembung radiasi Matahari memberikan proteksi terhadap sebagian besar radiasi kosmik. Namun di ruang antarbintang tempat 3I/ATLAS menghabiskan mayoritas eksistensinya, tidak tersedia perlindungan serupa.
Kondisi ini menyebabkan paparan radiasi kosmik yang berkelanjutan mengubah keadaan fisik es komet secara mendasar hingga kedalaman puluhan meter dari permukaan.
**Pergeseran Paradigma Penelitian Objek Antarbintang**
Tim peneliti menyebut temuan ini sebagai “paradigm shift” dalam studi objek antarbintang. Penemuan mengindikasikan bahwa objek seperti 3I/ATLAS sebagian besar tersusun dari material yang telah diproses radiasi kosmik galaksi, bukan material murni yang merepresentasikan lingkungan pembentukan asalnya.
Dengan demikian, komet 3I/ATLAS saat ini lebih mencerminkan produk perjalanan antarbintangnya ketimbang karakteristik sistem bintang asalnya, setidaknya pada bagian exterior.
**Kronologi dan Posisi Orbital**
Komet yang diperkirakan berusia sekitar 7 miliar tahun ini—sekitar 3 miliar tahun lebih tua dari Tata Surya berusia 4,6 miliar tahun—kini sedang mengelilingi Matahari. Objek ini baru mencapai perihelion atau titik terdekat dengan Matahari pada 29 Oktober.
**Analisis Gas Emisi Pre-Perihelion**
Maggiolo mencatat bahwa gas yang dilepaskan komet sebelum mencapai perihelion berasal dari cangkang luar yang teradiasi. Meskipun kemungkinannya kecil, erosi solar mungkin cukup kuat untuk membuka material murni yang terkunci di inti komet.
**Prospek Penelitian Post-Perihelion**
“Akan sangat menarik membandingkan observasi sebelum perihelion dengan pengamatan setelah perihelion ketika terjadi erosi,” ungkap Maggiolo. “Mungkin dengan menganalisis perbedaan ini, kita dapat memperoleh indikasi tentang komposisi orisinalnya.”
**Metodologi Penelitian JWST**
Pengamatan menggunakan instrumen Near-Infrared Spectrograph Teleskop James Webb memberikan data spektroskopi detail tentang komposisi kimia dan struktur permukaan komet. Kombinasi dengan simulasi komputer memungkinkan rekonstruksi sejarah radiasi objek ini.
**Implikasi untuk Komet Antarbintang Lainnya**
Temuan pada 3I/ATLAS berimplikasi luas untuk pemahaman tentang komet antarbintang secara umum. Objek-objek serupa yang masuk ke Tata Surya kemungkinan juga telah mengalami modifikasi radiasi ekstensif selama perjalanan galakti.
**Tantangan Identifikasi Material Primitif**
Keberadaan kerak teradiasi tebal menimbulkan tantangan baru dalam mengidentifikasi komposisi primitif objek antarbintang. Material yang diamati mungkin tidak mencerminkan kondisi sistem bintang pembentuk asalnya.
**Proses Weathering Kosmik**
Studi ini mendemonstrasikan proses “space weathering” dalam skala waktu geologis yang ekstrem. Radiasi kosmik galakti bertindak sebagai agen weathering yang mengubah komposisi kimia dan struktur fisik objek selama miliaran tahun.
**Relevansi Astrobiologi**
Pemahaman tentang bagaimana radiasi kosmik mengubah material organik dalam komet antarbintang memiliki implikasi untuk penelitian astrobiologi dan transfer material biologis antar-sistem bintang.
**Teknologi Observasi Lanjutan**
Pengamatan JWST mendemonstrasikan kemampuan teknologi observasi modern dalam menganalisis objek antarbintang yang relatif kecil dan bergerak cepat melalui Tata Surya.
**Konteks Evolusi Galaksi**
Komet 3I/ATLAS menjadi saksi sejarah evolusi galaksi Bima Sakti, membawa jejak kondisi medium antarbintang selama miliaran tahun perjalanannya melintasi berbagai region galaksi.
**Signifikansi Scientific Discovery**
Meskipun telah mengalami “penuaan” dan transformasi ekstensif, komet 3I/ATLAS tetap menjadi sumber informasi berharga tentang proses-proses yang terjadi di medium antarbintang dan evolusi objek-objek kecil dalam konteks galakti.
Discovery ini mengubah perspektif tentang bagaimana objek antarbintang harus diinterpretasikan dalam konteks penelitian sistem planetari dan evolusi material di alam semesta.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: