Tim peneliti dari James Cook University berhasil mengidentifikasi tiga spesies hewan baru di Dauan Island, pulau kecil berukuran 3 kilometer persegi di ujung utara Australia. Penemuan mencakup dua jenis katak berukuran mini dan seekor tokek bermotif khas yang hidup di antara bebatuan granit pulau tersebut.
Dr. Conrad Hoskin, ahli ekologi terestrial yang memimpin ekspedisi, mengatakan penemuan ini bermula dari suara-suara misterius yang terdengar saat hujan turun di kawasan berbatu Torres Strait. “Ketika kami mendaki ke area berbatu itu, kami segera menemukan tokeknya,” ungkap Hoskin.
**Kondisi Geografis Pulau Unik**
Dauan Island digambarkan Hoskin sebagai formasi segitiga besar yang menjulang dari laut, dipenuhi hamparan batu granit berukuran sebesar rumah dan kendaraan. Di sela-sela bebatuan inilah ekosistem tersembunyi berkembang dan menjadi habitat ketiga spesies baru tersebut.
Informasi awal dari peneliti Alexander Davies memicu dugaan adanya fauna yang belum terdokumentasi di pulau ini. Ekspedisi yang dilakukan kemudian membuktikan kebenaran prediksi tersebut melalui penemuan yang menggembirakan dunia sains.
**Tokek Bercorak Belang dengan Kaki Panjang**
Spesies tokek yang ditemukan diberi nama ilmiah Nactus simakal, memiliki karakteristik warna belang dan kaki yang relatif panjang. Reptil ini beradaptasi dengan lingkungan berbatu dan mampu bergerak lincah di antara celah-celah granit yang menjadi habitatnya.
Tokek ini menunjukkan adaptasi evolusi yang menarik terhadap kondisi lingkungan pulau yang didominasi formasi batu. Kemampuan kamuflase dan mobilitas tinggi memungkinkan spesies ini bertahan di habitat yang terisolasi.
**Katak Mini dengan Suara Karakteristik**
Dua spesies katak yang ditemukan memiliki ukuran sangat kecil namun menghasilkan suara yang mudah dikenali. Spesies pertama bernama Choerophyrne koeypad, diambil dari bahasa lokal yang bermakna gunung berbatu.
Katak berukuran sekecil kuku jari manusia ini menghasilkan bunyi menyerupai ketukan logam yang tajam dan nyaring. “Suaranya terdengar seperti bunyi ketukan logam yang tajam. Kecil, tapi luar biasa keras,” jelas Hoskin. Bantalan jari kaki yang besar memungkinkannya memanjat permukaan batu tinggi dan vegetasi sekitar.
**Penghuni Celah Batu Besar**
Spesies katak kedua diberi nama Callulops gobakula, berasal dari kata “gobakula” yang berarti batu besar dalam bahasa setempat. Katak ini mengeluarkan suara mirip katak pohon hijau dan memilih celah-celah batu besar sebagai tempat tinggalnya.
Kedua spesies katak termasuk dalam famili Microhylidae, kelompok amfibi darat yang memiliki siklus hidup unik tanpa melewati fase berudu. Telur mereka langsung menetas menjadi katak kecil, serupa dengan spesies sejenis di Papua Nugini dan Australia bagian utara.
**Habitat Eksklusif dan Adaptasi Lingkungan**
Dauan Island menjadi satu-satunya habitat alami bagi ketiga spesies ini di seluruh dunia. Hoskin menjelaskan bahwa batu-batu besar di pulau tersebut berfungsi menyimpan kelembapan dan melindungi hewan dari panas ekstrem.
“Ketiga spesies ini hanya bisa ditemukan di Pulau Dauan. Tidak ada habitat serupa di pulau lain maupun di dataran selatan Papua Nugini,” tegas Hoskin. Kondisi geografis khusus pulau ini menciptakan mikro-ekosistem yang mendukung evolusi spesies endemik.
**Keterkaitan Evolusi Lintas Pulau**
Analisis genetik menunjukkan bahwa spesies katak yang ditemukan memiliki kerabat terdekat di pegunungan tengah Papua Nugini. Temuan ini mengindikasikan adanya keterkaitan evolusi lintas pulau yang memisahkan Australia dan Asia Tenggara pada masa geologis lampau.
Hubungan evolusi ini memberikan gambaran tentang perpindahan fauna dan perubahan geografis yang terjadi selama jutaan tahun. Data ini penting untuk memahami sejarah biogeografi kawasan Australia-Papua.
**Respon Masyarakat Lokal**
Torenzo Elisala, anggota dewan lokal Pulau Dauan, menyambut positif penemuan ini sebagai konfirmasi keistimewaan pulau yang telah dihuni masyarakat Guda Maluilgal selama ribuan tahun. “Temuan ini menyoroti betapa istimewanya pulau kami,” kata Elisala.
Masyarakat lokal telah lama menjaga hubungan spiritual dengan flora dan fauna pulau, mengikuti tradisi leluhur mereka. Penemuan spesies baru ini memperkuat nilai kultural dan spiritual yang telah tertanam dalam kehidupan komunitas setempat.
**Potensi Pengembangan Ekowisata**
Elisala melihat penemuan ini sebagai peluang pengembangan pariwisata berbasis alam dan ilmu pengetahuan. Keunikan spesies endemik dapat menjadi daya tarik wisata edukatif yang mendukung ekonomi lokal sambil menjaga kelestarian lingkungan.
Pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal sekaligus meningkatkan kesadaran konservasi. Hal ini penting mengingat habitat terbatas yang dimiliki ketiga spesies baru tersebut.
**Publikasi Ilmiah dan Dampak Konservasi**
Dr. Hoskin dan tim peneliti telah mempublikasikan deskripsi ilmiah ketiga spesies baru dalam dua makalah di jurnal Zootaxa. Publikasi ini secara resmi menempatkan Dauan Island sebagai titik penting dalam peta keanekaragaman hayati Australia.
Penemuan ini mengingatkan bahwa masih banyak spesies yang belum teridentifikasi, bahkan di wilayah yang relatif kecil dan terpencil. Hal ini menekankan pentingnya eksplorasi ilmiah berkelanjutan dan upaya konservasi habitat alami.
Ketiga spesies baru ini tidak hanya menambah daftar keanekaragaman hayati dunia, tetapi juga menjadi bukti betapa kayanya alam Indonesia-Australia dan pentingnya menjaga ekosistem pulau-pulau kecil yang rentan terhadap perubahan lingkungan.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: