Sebuah studi terbaru mengajukan teori menarik mengenai asal-usul penyebaran wabah Black Death yang melanda Eropa pada Abad Pertengahan. Para peneliti menemukan bahwa erupsi vulkanik pada tahun 1345 kemungkinan memicu serangkaian peristiwa yang akhirnya membawa bakteri Yersinia pestis—penyebab penyakit pes—ke benua Eropa.
Wabah Black Death mencapai Eropa pada tahun 1347, menyebar dengan cepat dan menewaskan sekitar 30-60 persen populasi dalam beberapa tahun berikutnya.
**Penelusuran Perubahan Iklim Mediterania**
Martin Bauch, seorang sejarawan dari Leibniz Institute for the History and Culture of Eastern Europe, dan Ulf Büntgen, seorang ahli geografi dari University of Cambridge, menyelidiki perubahan iklim yang didorong oleh lingkungan di Mediterania yang dapat menjelaskan kemunculan mendadak wabah pada 1347.
“Bagaimana dan mengapa Black Death mencapai Italia dari Laut Hitam pada saat itu?” ungkap Bauch, menyoroti aspek spesifik yang mendorong penelitian mereka seperti dikutip Live Science.
Riset ini dipublikasikan pada Kamis (4/12/2025) di jurnal Communications Earth & Environment.
**Jejak Letusan Vulkanik dalam Catatan Sejarah**
Saat menelusuri catatan sejarah kontemporer, para peneliti menemukan laporan adanya pengurangan sinar matahari, peningkatan tutupan awan, dan gerhana bulan yang gelap. Semua fenomena ini dilaporkan oleh pengamat di sebagian Asia dan Eropa antara tahun 1345 hingga 1349.
Semua fenomena cuaca dan astronomi tersebut dapat dikaitkan dengan lapisan aerosol vulkanik skala besar. Lapisan aerosol sulfat dikenal dapat memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa, yang mengakibatkan periode pendinginan.
**Bukti dari Data Paleoklimatologi**
Data paleoklimatologi memperkuat dugaan ini. Jumlah sulfur yang tinggi pada inti es kutub menunjukkan satu atau lebih letusan gunung berapi yang tidak diketahui di sekitar tahun 1345.
“Dari inti es, kami tahu bahwa letusan itu pasti terjadi di daerah tropis, karena sulfat ditemukan dalam konsentrasi yang serupa di es Kutub Utara dan Kutub Selatan,” kata Bauch.
**Dampak Terhadap Hasil Panen**
Para peneliti juga menganalisis data cincin pohon di seluruh Eropa dan menemukan bahwa musim panas tahun 1345, 1346, dan 1347 jauh lebih dingin dari biasanya, sementara musim gugur jauh lebih basah. Kondisi ini menyebabkan erosi tanah dan banjir.
Catatan sejarah mengonfirmasi bahwa perubahan lingkungan telah menurunkan hasil panen sejumlah tanaman, termasuk panen anggur dan produksi gandum di Italia.
**Jalur Masuk Bakteri Pes ke Eropa**
Situasi ini memaksa pedagang untuk mulai mengimpor produk dari wilayah Laut Hitam untuk mencegah kelaparan.
“Setelah kembali pada paruh kedua tahun 1347, armada perdagangan Italia, tidak hanya membawa gandum kembali ke pelabuhan-pelabuhan Mediterania, tetapi juga membawa bakteri pes Yersinia pestis kemungkinan besar melalui kutu yang memakan debu gandum selama perjalanan panjang mereka,” tulis para peneliti.
**Penyebaran Awal di Venesia**
Kasus pertama wabah pada manusia dilaporkan di Venesia hanya beberapa minggu setelah kedatangan kapal gandum terakhir.
“Ini memulai siklus infeksi yang khas,” kata Bauch. “Populasi hewan pengerat terinfeksi terlebih dahulu; setelah mereka mati, kutu beralih ke mamalia lain dan pada akhirnya ke manusia.”
**Ironi Upaya Pencegahan Kelaparan**
Para penulis studi menyimpulkan bahwa upaya impor gandum setelah beberapa tahun perubahan iklim yang dipicu oleh letusan gunung berapi memang mencegah kelaparan di Mediterania, tetapi pada saat yang sama, justru memperkenalkan Black Death ke Eropa.
**Validasi dari Ahli Independen**
Monica H. Green, seorang ahli Black Death yang tidak terlibat dalam studi, menyebut penelitian ini membawa informasi baru mengenai gunung berapi tahun 1345.
“Studi ini membawa informasi baru tentang gunung berapi 1345, yang membantu menjelaskan mengapa Black Death—yaitu, epidemi yang terdokumentasi dengan baik dalam sumber-sumber dari 1346 hingga 1350—terjadi pada saat itu,” kata Monica H. Green.
**Kombinasi Faktor yang Kompleks**
Para peneliti menyimpulkan bahwa pecahnya Black Death adalah hasil dari kombinasi langka namun acak dari faktor jangka pendek (seperti iklim) dan faktor jangka panjang (seperti sistem distribusi gandum di Italia).
**Peringatan untuk Masa Depan**
Mereka memperingatkan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang penyebab pandemi masa lalu sangat penting.
“Karena probabilitas penyakit menular zoonosis untuk muncul dan diterjemahkan menjadi pandemi kemungkinan akan meningkat di dunia yang semakin globalisasi dan semakin hangat,” tulis para peneliti.
**Metodologi Penelitian Interdisipliner**
Penelitian ini menggabungkan berbagai disiplin ilmu, mulai dari sejarah, paleoklimatologi, hingga analisis cincin pohon. Pendekatan multidisiplin ini memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi yang ada pada pertengahan abad ke-14.
**Implikasi untuk Studi Pandemi Modern**
Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana faktor lingkungan dan aktivitas perdagangan dapat berinteraksi untuk memfasilitasi penyebaran penyakit menular. Hal ini relevan untuk memahami dinamika pandemi di era globalisasi modern.
**Signifikansi Historis Black Death**
Black Death merupakan salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia, yang tidak hanya mengubah demografi Eropa tetapi juga struktur sosial, ekonomi, dan budaya benua tersebut. Pemahaman yang lebih baik tentang penyebabnya dapat memberikan pelajaran berharga untuk mitigasi risiko pandemi di masa depan.
Sumber: Kompas.com
Buku Terkait: